Wonogiri, //www.buserindonesia.id || Tradisi ruwatan (ngruwat ) masih di jalani sebagian warga wonogiri yang masih mempercayai tradisi jawa kuno tentang isi dan makna ruwatan atau ngruwat.
Di ketahui di Desa Tanggulangin Kecamatan Jatisrono, Wonogiri pada kamis (2/5/2024) atau dalam bahasa jawa hari kamis Wage (malam Jum’at Kliwon) di gelar sebuah pagelaran wayang kulit dalam rangka ruwatan di rumah Sunarjo Dusun Geneng, Desa Tanggulangin Kecamatan Jatisrono, Wonogiri.
Tradisi jawa ruwatan dengan peragaan wayang kulit seringkali membawa keadaan yang delematis psikologis bagi orang yang tidak mengenal tradisi jawa, pastinya akan bingung dan heran apa itu ruwatan dengan peragaan wayang kulit.
Adapun hal yang perlu di ruwat kata Dikin salah satu warga Dusun Geneng,Desa Tangulangin, Kecamatan Jatisrono,Wonogiri , ia menuturkan pada buserindonesia wonogiri saat berbincang tentang apa isi dan makna ruwatan dengan peragaan wayang kulit.
Yang perlu di ruwat yakni, anak tunggal tidak punya kakak dan tidak punya adik , di namakan ontang anting, tiga anak laki-laki lahir di tengah di namakan pancuran di apit sendang, lantas tiga anak perempuan lahir di tengah di namakan sedang di apit pancuran .
Ketiga hal tersebut perlu di ruwat , dan apabila tidak di lakukan menurut keterangan Dikin salah satu anak tersebut akan celaka bahkan membuat sial bagi keluarga yang di tengarahi dengan beberapa cobaan dan sulit mencari rizki, kata Dikin.
Baca juga : Satgas SIRI Berhasil Mengamankan Buronan (DPO) Perkara Korupsi Atas Nama Terpidana Hayati Gani
Kamis 2 Mei 2024, sekitar pukul 17.00 WIB bertempat…Selanjutnya…..
Mendengar wejangan Ki dalang menyuguhkan pagelaran wayang kulit dengan cerita-cerita dan gambaran -gambaran dalam rangkaian ritual ruwatan , dalang menceritakan pada anak yang di ruwat , misalnya tidak di perbolehkan tidur selama proses ruwatan belum selesai.
Kemudian pada puncak ruwatan akan di lakukan pemotongan rambut pada anak yang di ruwat dan di lanjutkan mandi kembang setaman di iringi mantra-mantra oleh dalang ruwatan sambil merapal mantra waringin sungsang dan rajah kolocokro, imbuh Dikin.
Tidak semua orang warga wonogiri melakukan hal ruwatan (ngruwat) , kepercayaan itu mungkin tinggal sisa-sisa kepercayaan generasi jawa kuno yang masih melekat di trah keluarga penganut ilmu kejawen jawadipa .
Dalam acara ruwatan dengan peragaan sebuah pagelaran wayang kulit , di situ peran yang di tampil dalam bentuk figur para dewa-dewa, raksasa ( buto) yang di sebut betara kala , dan sosok wayang ting-ting banting , menurut penuturan Sunarno penikmat tradisi ruwatan dengan pagelaran wayang kulit.
Pewarta : Nandar.s
#selamatpagiindonesia #selamatpagibuserindonesia #buserindonesia.id #buserindonesia #infoterkinibuser #beritabuser #infobuser #infoterkinibuserindonesia #beritaindonesia