
Tanah Datar,sumbar, www.buserindonesia.id // 3 Oktober 2025 M /10 Jumadil akir 1447 H.
Allah Swt memiliki sifat Ar-Rahman, Ar-Rahim, Ar-Rauuf dan Al-Ghaffaar. Dengan sifat Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang, Maha Penyantun dan Maha Pengampun tersebut, Allah Swt benar-benar sangat perhatian, sangat peduli, amat sayang dan sangat pengampun kepada hamba-Nya.
Dengan kasih sayang Allah Swt kepada umat manusia, semua fasilitas, sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh umat manusia, pada dasarnya telah disediakan oleh Allah Swt.
Sebutlah dunia beserta isinya, yang dihuni oleh manusia, binatang ternak, perikanan dan tumbuh-tumbuhan. Pada dasarnya semuanya itu diciptakan untuk manusia.
Betapa besarnya perhatian Allah Swt kepada umat manusia, sehingga segala kebutuhannya disediakan, agar manusia mampu mengenali eksistensi dirinya, tahu akan tugas dan tanggung jawabnya selaku “khalifah di muka bumi”.
Yaitu, sebagai perwakilan Allah Swt dalam mengelola memenej, mengelola, menjaga, memanfaatkan dan melestarikan alam semesta. Agar kehidupan yang beraneka ragam corak dan gayanya itu bisa berlanjut, sambung menyambung, harmoni dan lestari sesuai dengan habitatnya masing-masing.
Untuk itu, amat wajarlah manusia memiliki rasa tanggung jawab, respek yang amat tinggi terhadap Allah Swt, dengan jalan mensyukuri segala nikmat, rahmat dan anugerah Allah Swt yang tiada terhitung jumlahnya.
Pantaslah Allah Swt dalam surah Ar-Rahman, mengingatkan manusia dengan ungkapan yang bernada tanda tanya secara berulang-ulang sebanyak 31 kali.
“Fa bi ayyi aalaaa-irabbikumaa tukadzdzibaaan?”.
Artinya: ” Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan? “.
Apakah Potensi yang diberikan Allah Swt sudah dimanfaatkan dengan baik?
Sungguh, sangat memprihatinkan sekali, selaku hamba Allah yang telah dibekali dengan berbagai potensi. Akal, pemikiran, hati, panca indera, mata, telinga hidung, lidah dan kulit. Apakah mata yang dimiliki sudah dimanfaatkan untuk melihat yang baik. Telinga yang terpasang rapi pada dua kuping, sudahkah dipergunakan untuk mendengarkan hal yang baik.
Hidung yang terletak di wajah yang ganteng dan cantik, sebagai alat penciuman. Apakah sudah dipergunakan untuk mencium yang baik, mampukah penciuman itu, membedakan mana yang harum semerbak dan mana pula yang busuk, amis dan menyengat hidung. Atau boleh jadi, sama saja bagi hidung itu bau busuk dengan aroma yang harum.
Begitu juga dengan lidah yang dianugerahi Allah Swt kepada manusia yang merupakan alat indera yang luar biasa manfaatnya bagi manusia.
Apakah sudah dipergunakan untuk membicarakan hal-hal yang baik atau sebaliknya dimanfaatkan untuk membicarakan yang tidak berguna. Atau diam seribu bahasa, membiarkan segala ketimpangan berselancar, berkembang biak, merusak tatanan alam semesta yang telah harmoni.
Akal sehat yang merupakan anugerah istimewa, khusus diberikan Allah Swt kepada manusia.
Apakah sudah dipergunakan untuk memikirkan kemaslahatan, perbaikan, perubahan dan peningkatan kualitas amal kebaikan dan ketaqwaan kepada Allah Swt? Atau dimanfaatkan untuk sekedar memenuhi kebutuhan perut buncit, menurutkan hawanafsu, tanpa menghiraukan kebutuhan orang lain.
Juga tidak memperhatikan aturan, regulasi, norma yang telah disepakati. Sehingga merugikan orang lain, merusak tatanan masyarakat, umat, bangsa dan negara.
Sepantasnya akal, pemikiran yang merupakan mahkota dan pelita yang menerangi hidup manusia untuk membedakan mana yang terbaik dan mana yang akan merusak diri, orang lain dan lingkungan.
Padahal, jauh-jauh sebelum manusia dilahirkan oleh ibunya, kalian telah bersaksi di hadapan Allah Swt di alam roh, alam rahim. Seperti dijelaskan Allah Swt dalam surah Al-A’raf ayat 172 :
“Wa idz akhadza rabbuka min baniiy aadama min zhuhuurihim dzurriyyatahum wa asyhadahum ‘alaa anfusihim, alastu birabbikum? Qaaluu balaa syahidnaa. Antaquuluu yaumal qiyaamati innaa kunnaa ‘an haadza ghaafiliin “.
Artinya: ” Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan dari sulbi (tulang belakang) anak cucu Adam keturunan mereka.
Inti nya kita sebagai umat jangan lah merasa paling hebat belajar lah untuk bersyukur dan saling menghargai, jangan merasa paling hebat dari sang pencipta. Team Buser tanah Datar.
Pewarta : M.Ustadz/ H.Datuak.