
Batu, //www.buserindonesia.id || Daerah Batu bukan baru ada tahun 2001, ketika 17 Oktober 2001 secara legal-fomal ditetapkan menjadi “Kota Batu”. Pertanggalan itu menjadi “hari lahir (hari jadi) Pemerintah Kota Batu”, bila ditinjau dari “Sejarah Pemerintahan”.

Adapun sebagai daerah hunian beserta aktifitas sosio-kultura untuk mengelola lingkungan fisis-alamiah setempatnya terbukti telah meniti perjalanan sejarah yang amat panjang, sejak masa Bercocok Tanam dan Masa Perundagian pada paro kedua Zaman Prasejarah, lantas berlanjut memasuki Zaman Sejarah di Masa Hindu-Buddha. Masa Perkembangan Islam, Masa Kolonial hingga Masa Kemerdekaan RI sekarang.
Baca Juga : Jelang Nataru, Mulyanto Desak Pertamina Perhatikan Stok BBM dan LPG
Berdasarkan sumber data tekstual (tertulis) tertua di daerah ini, yaitu Prasasti Sangguran bertarikh 2 Agustus 928 M) (Djafar, 2010: 229), Daerah Batu memasuki zaman sejarahnya sejak tahun 928 M. Tanggal 2 Agustus 928 dengan demikian menjadi “petanda waktu mula Sejarah Daerah Batu”.
Tarikh ini karenanya beralasan untuk dijadikan petanda waktu mengenai “Hari Jadi Daerah Batu”, musti dibedakan dengan “Hari Jadi Pemerintahan Kota Batu” yang bertarikh 17 Oktober 2001″.

Selain prasasti Sangguran (disebut juga dengan “Prasasti Ngandat atau Minto Steen”) yang semula bertempat di wilayah Desa Mojorejo dan kini berada amat jauh di Schotlandia, pembukti mula Sejarah Daerah Batu lainnya berupa bangunan keagamaan Prasada Kabhaktyan Mananjung.
Bangunan keadamaan ini berada di desa tetangga Mojorejo, yaitu pada Desa Pendem, sehingga bangunan suci dari masa pemerintahan Wawa di Kerajaan Mataram ini disebut “Candi Pendem”. Candi-patirthan Songgoriti (dise- but juga “Candi Supir”) pun, yang sezaman dengan keduanya, turut menguatkan petanda waktu mula mengenai Sejarah Daerah Batu.
Hari jadi Batu dengan demikian ada dua sesi, yaitu : (1) Hari Jadi Daerah Batu pada, 02 Agustus 908, dan (2) Hari Jadi Pemerintahan Kota Batu pada 17 Oktober 2001. Demikianlah, kendati pemerintah Kota Baru baru lahir dua dasawarsa lalu semenjak tahun 2001, namun sejatinya sejarah daerahnya amatlah panjang jauh lebih panjang dari sejarah kotanya, yakni sejak Zaman Prasejarah hingga kini.
Dalam sejarah panjangnya itu, warga yang berhuni di daerah Batu bukan hanya berlatar sosio-kultura Arek, namun juga Mantaranam. Terdapat juga di dalamnya warga Madura Pendalungan, serta Arab, Tiong Hoa, dan amat mungkin kian beragam lagi di masa datang, seiring dengan pertumbuhan dan perkem- bangannya sebagai “Agropolitan”.
Suatu kota pada “atap dunia”, yang meski masih muda usia, namun dinamis dan mempunyai posisi peran penting dalam Provinsi Jawa Timur. Keragaman sosial di Kota Baru melahirkan keragaman budayanya. Terhadap yang ragam tersebut mustilah dilakukan penanganan secara kontekstual, yakni sesuai dengan konteks sosial-budaya tertentu yang tengah ditanganinya.
Pokok pikiran terpapar diatas adalah salah satu hal yang saya sampaikan pada FKP (Forum Konsultasi Publik) Rancangan Awal RPJPD (Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah) Kota Batu (tahun 2025-2045) di Singhasari Resort, Rabo tanggal 13 Desember 2023.
Pewarta : Buser Indonesia/Citralekha

#selamatpagiindonesia #selamatpagibuserindonesia #buserindonesia.id #buserindonesia #infoterkinibuser #beritabuser #infobuser #infoterkinibuserindonesia #beritaindonesia