
Wonogiri.//www.buserindonesia.id || Lonjakan harga gabah di wonogiri signifikan melambung secara mendadak sepekan lalu di tahun 2024 . Naiknya harga gabah membuatnya petani padi di wonogiri merasa di untungkan setara dengan harga pupuk yang di bilang mahal dan sulit di dapat.
Walaupun harga gabah bisa tembus di angka lima ribu limaratus-lima ribu tujuh ratus (Rp5500-5700) para petani di wonogiri masih banyanyak yang menuturkan hasil panen-nya baru sepadan dengan biaya oprasional penggarap dan harga pupuk. Salah satunya Tiyono petani di Kecamatan Jatiroto , Wonogiri bahwa penghasilanya masih sepadan dengan standar harga gabah tahu-tahun lalu , di karenakan harga pupuk subsidi untuk alokasi petani juga turun hampir 50% , kemudian para petani harus menempuh pupuk nonsubsidi dengan harga tinggi , maka , walaupun harga gabah naik , hitung-hitung juga hampir sama di waktu pupuk subsidi belum ada pengurangan alokasi, sedang harga gabah di angka empat ribu limaratus waktu itu, kata Tiyono.

Padahal pupuk non subsidi jenis urea harganya tembus dua ratus limapuluh ribu rupiah(Rp 250.000) tiap satu karung berat jenis 50 kg. Maka , walaupun sepekan ini harga gabah basah di bilang mendongkrak tembus angka lima ribu lima rarus rupiah – lima ribu tujuh ratus rupiah ( Rp 5500- 5700) menurut Tiyono penghasilan petani hanya sepadan di karenakan beban pupuk subsidi yang mahal .
Kemudian rata-rata luas sawah satu patok atau sekitar tiga ribu meter (3000 m) membutuhkan sekitar empat karung dengan berat jenis masing-masing 50 kg dengan harga tiap karung dua ratus limapuluh ribu rupiah (Rp 250.000) pupuk non subsidi sekali masa tanam (SMT) itupun dua kali proses pemupukan.
Baca Juga : Polda Jateng Optimalkan Penurunan Kecelakaan di Jalan Raya Lewat Operasi Keselamatan Lalu Lintas 2024
Widodo Tuwuh juga menuturkan pada buserindonesia wonogiri saat berbincang , ia mengatakan sawah luas tiga ribu meter menghasilkan gabah rata-rata satu ton, dengan harga gabah saat ini (2024) mengalami kenaikan secara signifikan pada angka lima ribu lima ratus rupiah sampai lima ribu tujuh ratus rupiah (Rp 5500-5700) gabah basah , akan tetapi biaya oprasional penggarap dan pupuk juga mahal , jadi petani padi harus menanggung beban pada harga pupuk non subsidi tersebut, kata Widodo.
Buserindonesia wonogiri menghimpun beberapa penuturan petani padi di wilayah Kabupaten Wonogiri , rata-rata menuturkan hal yang sama menyoali tentang pengurangan alokasi pupuk subsidi kepada nya , sehingga para petani menempuh pupuk non subsidi dengan harga berapapun.
Menyikapi hal itu, lalu kemudian beberapa petani lainya mengatakan , yang penting kita harus pinter-pinter mengelola lahan kita secara tumpang sari , misalnyanya pupuk memang sulit dan mahal kita menanam jenis polowijo atau sayur-sayuran yang tidak begitu membutuhkan pupuk kimia terlalu banyak , sehingga lahan kita tetap bisa di manfaatkan, ungkap mereka.
Pewarta : Nandar.s

#selamatpagiindonesia #selamatpagibuserindonesia #buserindonesia.id #buserindonesia #infoterkinibuser #beritabuser #infobuser #infoterkinibuserindonesia #beritaindonesia