Semarang, //www.buserindonesia.id || Saat kemeriahan pemilihan calon Legestatif dewasa ini berbagai cara yang di gunakan oleh masing masing calon untuk mendapatkan restu dari berbagai tokoh masyarakat, untuk mendapatkan agar sukses dalam pemilihan-nya.
Disela-sela acara Moloekatan atau Zikir bersama di kota Salatiga yang dipimpin oleh Gus Thuba Robert Miek Pusat selaku penanggung jawab Majelis Semaan Al Qur’an dan Dzikrul Ghofilin Moloekatan, Ketua Umum Yayasan Buser Indonesia Wahyu Surya Gading SH menyempatkan diri untuk bertemu dengan Gus Thuba. Untuk meminta petunjuk sedikit wejangan dalam pelaksanaan pemilihan yang sedang beliau laksanakan. Agar menjadi dasar keputusan untuk mengambil sikap kebijakan kala beliau terpilih nanti.
Gus Thuba menerima baik dan memberi arahan positif untuk menjadi pemimpin yang amanah.
Gus Thuba adalah salah satu dari empat cucu tokoh Nahdlatul Ulama karismatik asal Kediri, KH Hamim Djazuli atau Gus Miek. Ayah Gus Thuba, Kiyai Tijani Robert Saifunnawas atau dikenal dengan Gus Robert adalah anak ke-3 Gus Miek dari 6 bersaudara.
Gus Miek terlahir dalam keluarga pesantren di daerah Ploso, Kediri, Jawa Timur, pada 17 Agustus 1940. Beliau wafat pada 5 Juni 1993 di Surabaya. Dia lahir dari pasangan ulama KH Jazuli Usman dan Nyai Radliyah.
Gus Miek dipercaya sebagai wali atau kekasih Allah karena ia memiliki kelebihan atau kharomah yang sulit dijangkau akal manusia. Tidak sedikit karomah Gus Miek atau kisah kewaliannya diceritakan oleh orang dekat dan yang kebetulan pernah bersinggungan langsung Gus Miek.
Dalam menyebarkan ajaran agama Islam, Gus Thuba memiliki gaya yang unik dari ulama lain sehingga banyak pendengar yang menyukai dakwahnya. Tak heran dalam beberapa pengajian yang diisi Gus Thuba banyak dihadiri jamaah yang ingin mendengar ceramahnya.
Beberapa orang menilai bahwa Gus Thuba memiliki suara mirip dengan kakeknya. Selain suara, gaya berdakwahnya juga dianggap sama. Itulah salah satu alasan mengapa banyak orang yang mengaguminya dan memujinya.
Harapan masyarakat Kabupaten Semarang adalah memilih seorang Pemimpin yang bijaksana dan amanah dan melakukan kemimpinan menurut ajaran agama yang mumpini. Seperti jiwa kepemimpinan Muhammad memang seorang rasul, bukan manusia biasa. Tidak hanya itu saja, sikap politik nabi yang sangat sulit untuk ditiru oleh seorang pemimpin moderen adalah, pemberian amnesti kepada semua orang yang telah berbuat kesalahan besar dan berlaku kasar kepadanya. Tetapi dengan sikap nabi yang legowo dan lemah lembut itu justru membuat mereka tertarik dengan Islam, sebagai agama rahmatan lil-’alamin. Seperti yang dicatat oleh Akbar S. Ahmed (1992)
Pewarta : Merry
#selamatpagiindonesia #selamatpagibuserindonesia #buserindonesia.id #buserindonesia #infoterkinibuser #beritabuser #infobuser #infoterkinibuserindonesia #beritaindonesia
Mantap