Jakarta, //buserindonesia.id || Hoarding disorder (HD) terjadi ketika seseorang kesulitan membuang barang dan mengumpulkan benda-benda yang tidak diperlukan. Seiring waktu, ketidakmampuan membuang barang bisa mengganggu kecepatan pengumpulan.
Penumpukan barang-barang yang dikumpulkan secara terus-menerus bisa menyebabkan tempat tinggal yang tidak aman dan tidak sehat. Hal ini juga menyebabkan ketegangan dalam hubungan pribadi dan sangat mengurangi kualitas hidup sehari-hari.
Melansir dari Healthline, Senin (9/10/2023), Hoarding disorder adalah kondisi yang berhubungan dengan penimbunan. HD bisa menjadi lebih buruk seiring waktu.
Penyakit ini paling sering menyerang orang dewasa, meski remaja juga menunjukkan kecenderungan menimbun.
Hoarding disorder diklasifikasi sebagai suatu gangguan dalam Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental edisi kelima. Penunjukan ini menjadikan HD sebagai diagnosis kesehatan mental yang independen. HD juga bisa terjadi bersamaan dengan kondisi kesehatan mental lainnya.
Penyebab Hoarding Disorder
Hoarding disorder bisa terjadi karena beberapa alasan. Mulai dari genetika, fungsi otak dan peristiwa kehidupan yang penuh tekanan.
Seseorang mungkin mulai menimbun karena mereka yakin suatu barang yang telah mereka kumpulkan, atau sedang mempertimbangkan untuk dikumpulkan, mungkin berharga atau berguna pada suatu saat.
Mereka juga menghubungkan beda tersebut dengan seseorang atau peristiwa penting yang tidak ingin mereka lupakan.
Para penimbun seringkali hidup dengan barang- barang yang mereka kumpulkan dan mengorbankan kebutuhan mereka sendiri. Misalnya, mereka tidak menggunakan lemari es karena ruang dapurnya penuh barang-barang.
Atau mereka memilih untuk tinggal dengan peralatan yang rusak daripada membiarkan seseorang masuk ke dalam rumah mereka untuk memperbaiki masalahnya.
Baca juga : Gandeng Pemkab Bengkalis, PWI Riau Laksanakan Uji Kompetensi Wartawan Ke – 2
Gejala Hoarding disorder
Hoarding disorder berkembang secara bertahap seiring waktu dan seseorang mungkin tidak menyadari bahwa mereka menunjukkan gejala HD. Gejala dan tanda tersebut meliputi:
Tidak bisa berpisah dengan barang, termasuk benda berharga dan tidak ternilai harganya.
Memiliki banyak kekacauan di rumah, kantor, atau ruang lainnya.
Tidak bisa menemukan barang-abrang penting di tengah kekacauan yang berlebihan.
Tidak bisa melepaskan barang-barang karena takut barang-barang itu akan dibutuhkan “suatu hari nanti.”
Memegang terlalu banyak barang karena itu adalah pengingat seseorang atau peristiwa kehidupan.
Menimbun barang-barang gratis atau barang lain yang tidak diperlukan.
Merasa tertekan tetapi tidak berdaya dengan banyaknya barang di ruang mereka.
Menyalahkan kekacauan yang berlebihan pada ukuran ruang atau kurangnya penataan.
Kehilangan ruang karena berantakan, membuatnya tidak bisa berfungsi sesuai tujuan.
Menghindari menerima orang di ruang tersebut karena merasa malu.
Menunda perbaikan rumah karena berantakan dan tidak ingin membiarkan seseorang masuk dalam rumahnya untuk memperbaiki apa pun yang rusak.
Mengalami konflik dengan orang yang dicintai karena kekacauan yang berlebihan.
Individu yang Rentan Hoarding Disorder
Individu yang lebih rentan terhadap hoarding disorder adalah mereka yang:
Hidup sendiri atau kesepian
Tumbuh dalam ruang yang tidak teratur
Memiliki masa kecil yang sulit dan penuh kekurangan
Hoarding disorder juga dikaitkan dengan kondisi kesehatan mental lainnya, di antaranya:
Kecemasan
Gangguan perhatian defisit hiperaktif (ADHD)
Depresi
Demensia
Gangguan obsesif kompulsif
Gangguan kepribadian obsesif kompulsif
Skizofrenia.
Pewarta : Yudha Purnama DKI Jakarta
BUSER INDONESIA
Semoga semakin sukses jaya selalu
Absen pagi hari Rabu.
Selalu berusaha jadi orang baik.
Karena orang baik biasanya cepat diambil Tuhan.
Absen hari ini Kamis.
Pergi demi tugas,
Pulang demi beras.
Salam sejahtera untuk kita semua rekan-rekan Yayasan Buser Indonesia jayalah majulah tegakkan kebenaran dan keadilan dimuka bumi.