Wonogiri, //www.buserindonesia.id || Tradisi hajatan mantu warga wonogiri semakin meningkat saat bulan baik pilihan para pujangga (berjonggo). Warga Wonogiri yang masih menganut trah hitungan jawa kuno masih mengandalkan ilmu petung (hitung) klenik otak-atik hari baik dan saat (sangat) yang di pilih oleh pujangga (berjonggo) yang di percaya .
Otak atik bulan atau hari yang bakalan baik untuk hajatan mantu , merurut penuturan Midi warga Desa Sugihan Kecamatan Jatiroto, Wonogiri yakni, mantu adalah hal yang masih di anggap sakral dengan harapan kedua mempelai di harap menjalani satu kali seumur hidup, maka harus di lakukan dengan hitungan yang sangat matang tentang hari ataupun bulan yang baik menurut ilmu klenik orang jawa.

Midi juga menuturkan lewat via telfon whatsApp, hajatan mantu di wilayah Kabupaten Wonogiri memang mengeluarkan biaya yang tidak sedikit , bisa di bilang tujuh puluhan juta rupiah bahkan sampai ratusan juta rupiah uang yang harus di keluarkan untuk sewa peralatan, dekorasi , rumah sewa , sound system , hiburan , rokok maupun perjamuan tamu yang di undang.
Adapun musim hajatan mantu warga Wonogiri masih kuat terhadap hitungan jawa kata Midi pada buserindonesia wonogiri , dari dua belas bulan jawa dalam waktu satu tahun yang biasa dan di anggap baik buat hajatan mantu warga Wonogiri ada jumlah bulan tujuh. Jadi jumlah bulan yang lima di anggap kurang pas dan kurang baik untuk hajatan mantu bagi warga wonogiri, jelas Midi.
Acara silaturahmi dan halal bihalal awak media yang di selenggarakan pada…Selanjutnya…..
Dari jumlah bulan jawa baik untuk hajatan mantu di sebut oleh Midi yakni, bulan Sapar, bulan ba’d Mulud,bulan bulan Madilakir, bulan Rejeb, bulan Ruwah, bulan bodo (sawal) dan bulan Besar, jumlah bulan yan lima dari dua belas bulan di anggap tidak di pilih untuk hajatan mantu warga Wonogiri karena masih memiliki kearifan bulan tersendiri menurut pujangga hitungan klenik.
Melihat hal itu memang benar menurut pantauan buserindonesia wonogiri di bulan bodo (sawal) 2024 hampir setiap kecamatan tidak kurang dari tiga puluh warga punya hajad mantu, sehingga masayarakat terlihat hiruk pikuk mendatangi undangan (ulem) dengan berpakaian batik ala Wonogiri.
Tuwuh Widodo mengucap , kearifan lokal masyarakat Wonogiri tentang hajatan semakin bertambah, bahkan di dapati ada satu tahun warga punya hajat dua kali , saya berfikir di saat- saat bulan baik untuk hajatan , saya mendapat undangan (ulem) tidak kurang dari sepuluh undang yang mestinya saya datangi , mengingat itu termasuk hubungan sosial perasaan antar mereka, ucap widodo.
buserindonesia.id Wonogiri menghimpun dari beberapa penuturan tentang pemborosan jagong di musim hajatan orang mantu , Surip mengatakan, saya harus jual kambing guna memenuhi undangan jagong , karena apa, saya juga habis mantu (punya hajat mantu) satu tahun yang lalu , jadi kalau saya tidak bisa membalas jagong saya malu, karena jagong merupakan tradisi umum timbal balik antar warga .
Saya tidak bisa berbuat apa-apa karena memang tradisi dan lumrah di jalani oleh warga Wonogiri pada umumya, terserah tradisi tersebut bisa di kawekani dengan cara ringkes atau simple atau tidak , karena tradisi ini tinggalan leluhur pada jaman dulu, pungkas Surip.
Pewarta : Nandar.s.

#selamatpagiindonesia #selamatpagibuserindonesia #buserindonesia.id #buserindonesia #infoterkinibuser #beritabuser #infobuser #infoterkinibuserindonesia #beritaindonesia
