
BREBES // Buserindonesia.id // Pernyataan Bupati Brebes, Paramitha Widya Kusuma, yang kembali menyinggung soal “warisan” masalah saat ia menjabat menuai kritik tajam. Dalam unggahan di akun Facebook pribadinya, Bupati menyebut dirinya menerima banyak beban ketika dilantik, mulai dari jalan rusak (bodol) hingga kantor bupati yang ambruk.

Pernyataan tersebut disampaikan saat menyerahkan 300 paket sembako program Wardoyo kepada warga Tembongraja, Kecamatan Salem. Bupati menegaskan meski warisan masalah banyak, semangat untuk bekerja bagi masyarakat Brebes tidak boleh berkurang, serta pemerintah harus hadir bukan sekadar dengan janji, melainkan dengan solusi nyata.
Namun, pernyataan itu ditanggapi keras oleh Anom Panuluh dari Rumah Rakyat Indonesia Kabupaten Brebes. Menurutnya, masyarakat sudah berulang kali mendengar narasi serupa dari Bupati yang selalu menyalahkan masa lalu. “Seolah-olah Brebes baru dimulai sejak Paramitha dilantik. Padahal sumpah jabatan adalah ikrar untuk menerima keadaan Brebes apa adanya, bukan alasan untuk mengeluh,” tegas Anom.
Anom menilai sumpah jabatan dan serah terima kekuasaan bukan sekadar seremoni, melainkan bentuk penerimaan tanggung jawab penuh untuk memperbaiki kondisi Brebes. “Kalau terus-menerus menyalahkan pemerintahan sebelumnya, publik hanya akan disuguhi alasan, bukan solusi,” tambahnya.
Lebih jauh, Anom menyinggung bahwa narasi “warisan” yang kerap diulang justru berpotensi membuka aib politik keluarga sendiri. Ia mengingatkan bahwa Bupati sebelumnya, Idza Priyanti, merupakan produk politik dari Indra Kusuma—ayah Bupati saat ini—yang kala itu menjabat sebagai Ketua DPC PDIP, partai pemenang pemilu yang mengusung Idza menjadi Bupati. Bahkan sebelum Idza, Brebes juga dipimpin langsung oleh Indra Kusuma yang gagal menuntaskan dua periode kepemimpinan karena tersandung kasus korupsi.
“Jadi kalau mau bicara warisan, itu sejatinya adalah warisan dari Papihnya sendiri. Retorika semacam ini justru kontraproduktif, karena seorang pemimpin yang terus membuka aib politik keluarganya hanya menunjukkan kegagalan berbakti pada orang tua sekaligus kegagalan memahami makna kepemimpinan,” tegas Anom.
Menurutnya, Brebes saat ini membutuhkan pemimpin yang berhenti mencari kambing hitam dan segera menunjukkan kerja nyata. “Jalan rusak, kantor ambruk, kemiskinan, pendidikan yang tertinggal—semua itu tidak akan selesai dengan retorika warisan. Jika terus berlindung di balik cerita masa lalu, maka Bupati hanya akan dikenang sebagai pemimpin yang pandai mengeluh, tapi gagal menorehkan solusi nyata,” pungkasnya.
Pewarta : Marlan / Red